Senin, 18 April 2016

PURIKU
“Pur, dicariin Reza tuh,” Rahma memberitahu Puri saat mereka bertemu di kelas. “Ada urusan apalagi coba dia cariin aku terus,” balas puri dengan cueknya. saat dia lagi santai di bangku tempat dia duduk bersebelahan dengan Rahma. Dan terlihat Puri selalu menghidar ketika Reza mencari, atau datang padanya.
“kenapa sih pur kamu selalu menghindar dari Reza, kurang apalagi coba cowok seperti dia terus kamu hindari” Balas Rahma keheranan.
“Bagaimana tidak, dia itu mencari cariku seolah mencari barang yang hilang ditelan bumi, tidak pagi, siang, sore, dia terus terusan cariin aku, aku kan jadi ilfiil sama dia” balas Puri yang terlihat sebal dengan Reza yang terus mencarinya.
Memang Reza adalah cowok yang cool, tampan, kaya, bisa dibilang dia adalah anak yang paling tenar dan diincar oleh banyak cewek, ketenarannya di kampus buat dia terus di kejar bahkan sampai menarik perhatian kampus sebelah. Namun, hal itu tidak berpengaruh pada Puri. Menurut Puri ketenaran itu hanyalah hal biasa yang kurang penting, apalagi tujuannya untuk memikat para wanita agar tertarik padanya. Yah, itulah Puri yang cuek dengan segala hal. Hampir setiap hari Reza selalu datang mencari Puri walau hanya untuk mengetahui kabar saja, Rasa cintanya pada Puri sudah lama ada. Puri bagaikan bunga yang tak pernah mekar.
***
“Hai pur, kemana aja sih dari tadi aku cariin ga muncul-muncul, aku kangen tau sama kamu” ucap Reza pada Puri dengan tatapan mata yang tajam dan penuh harapan yang menandakan bahwa harapan itu selalu ada untuknya agar di suatu saat nanti Puri bisa terpikat dengannya. Tapi sepertinya Puri berharap sebaliknya. Terlihat banyak cewek yang naksir sama Reza melihat ke arah Puri seolah mereka tak suka Puri dekat dengan Reza. Tatapan mereka yang sinis membuat Puri risih dengan semua hal yang terjadi kali ini.
Reza adalah cowok yang nyebelin, dia suka banget bikin Puri jengkel karena ulahnya yang sampai seringnya dia mencari Puri sampai satu kampus dia kelilingi hanya untuk mencari Puri.

“Apalagi sih za, aku ga mau kamu nyariin aku terus, aku capek, aku malu kamu sampe nyariin aku keliling kampus, aku bosen lihat wajah kamu yang slalu nyariin aku dan itu hal yang gak penting banget buatku, jadi mulai sekarang stop, jangan cari aku lagi,” jawab Puri ketus.
Rasa yang kesal dengan kedatangan Reza membuat hari Puri yang santai menjadi gundah gelisah. Tak ada sedetikpun waktu yang bisa dia luangkan untuk menghirup nafas yang panjang tanpa ada dirinya. Serasa unek-unek yang dulu dia pendam mulai meluber, dan mungkin inilah saatnya Reza tahu yang sebenarnya bahwa  Puri tak mencintainya.
“kenapa kamu bilang seperti itu, memangnya aku sebegitu buruknya sampai kamu ga mau aku deket deket sama kamu, apa kamu najis lihat wajahku. Baiklah kalau itu mau kamu, aku akan turutin asal itu yang terbaik bagimu” Jawab Reza dengan perasaan yang kacau, layaknya terbang tanpa sayap, lalu jatuh dalam duri. Serasa semua yang dia lakukan itu tak berarti baginya. Terlihat Reza melangkah menjauhi puri dengan tatapan kosong.
Apa aku terlalu berlebihan padanya ya, tapi ya sudahlah yang penting dia sudah sadar, kalau aku tak mau dikejar lagi olehnya - dalam hati puri berkata.
***
Sepulang kuliah, Puri dan Rahma terlihat senang karena malam ini mereka ada acara ngumpul bareng dengan teman-teman semasa SMA, yah, Puri dan Rahma adalah sahabat dekat, bahkan SMP pun mereka satu sekolah, itulah yang membuat mereka sangat dekat bagaikan lem dengan kertas, yang selalu menyatu bagaimanapun keadaan menerpa menimpa mereka, susah senang mereka rasakan bersama-sama.
Dalam perjalanan keluar kampus, Puri melihat Reza sedang duduk sendirian di Gazebo, terlihat dia sedang murung.
Tak biasanya dia seperti itu, apa mungkin dia begitu karena aku yang bicara terlalu kasar padanya,. Semoga dia baik-baik saja. Eh,, Loh, kok aku malah mikirin dia sih. Lupakan, Lupakan! – Puri berpikir, dia kasihan melihat Reza terlihat murung dengan apa yang sudah dia lakukan pada Reza.
“Pur, tadi kamu lihat Reza nggak yang lagi duduk di Gazebo, dia kelihatan murung, kasihan dia, apa mungkin dia sakit hati karna kamu bicara terlalu kasar padanya” celetuk Rahma yang saat itu seraya membuyarkan lamunan Puri pada Reza.
Rahma adalah anak yang care, apalagi diantara mereka tak ada lagi rahasia yang harus ditutupi. Mereka sudah mengerti satu sama lain, bahkan terkadang, apapun yang menjadi masalah, mereka harus tau satu sama lain.
“emm, iya tadi aku juga lihat dia murung duduk sendiri. Apa menurutmu tadi bicaraku terlalu kasar padanya ya, sampai dia seperti itu?” jawab Puri yang merasa bersalah.
“sebaiknya kamu minta maaf sama dia, memang apa yang kita inginkan itu tak seperti yang diharapkan, mungkin itu yang dia pikirkan.” Rahma membalas tanya dari puri dengan prihatin.
***
Sudah satu bulan berlalu, musim UAS tinggal hitungan hari, sejak waktu itu Reza sudah berubah, dia sudah tak lagi hadir di kehidupan Puri, tawanya pun hilang dalam kabut, senyap selalu datang bersama keheningan. Tak lagi ada Reza yang suka mencari Puri. Berita tentang pisahnya Reza dengan Puri pun tersebar seluruh kampus. Saat itu pula Reza selalu diam meskipun namanya selalu dibicarakan mahasiswa lain.
 Pikiran Puri pada Reza tak pernah henti, dia hawatir nanti akan terjadi sesuatu, dia ingin memberanikan diri untuk minta maaf padanya, tapi sepertinya gengsinya lebih besar dari rasa bersalahnya. Sehingga masalah itu tak kunjung terselesaikan.
Aku kasihan dengannya, bagaimana caranya agar masalah ini cepat terselesaikan – Pikir Puri yang tak bisa tenang. Setiap malam dia selalu terpikir oleh bayang-bayang Reza.
Terdengar Hp berdering, Puri segera mengambil Hp yang ditaruhnya dalam lemari, ternyata Rahma, Tumben sekali karena Rahma tak pernah menelfon malam-malam.
Rahma : hai Puri
Puri : hai ma, ada apa tumben banget kamu telfon aku malam malam begini, pasti ada yang penting ya jawab puri keheranan
Rahma : iya nih, ada yang perlu aku omongin, ini tentang Reza
Degg, serasa angin topan menghantamnya saat dia mendengar Rahma katakan nama Reza.
Puri : a..ada apa dengan Reza Ma (jawab Puri dengan gugup)
Rahma :  gini,, tadi Reza menemuiku setelah selesainya UAS. Dia bilang kalau semester depan dia sudah tak lagi di kampus kita, dia akan pindah ke luar negeri. Tadi juga dia titipkan surat untukmu, dan katanya malam ini dia mulai berangkat.
Seketika Puri langung menutup telefon dari Rahma.
Sereasa bumi berguncang sangat keras, Puri hanya bisa menangis dalam hati, tak relakan Reza yang pernah hadir dalam hidupnya menginggalkannya begitu saja. Ternyata rasa cuek dan tak pernah peduli pada Reza akhirnya menjadi cinta, dia mulai tersadar, bahwa selama ini dia mencintainya, tapi dia membuang cinta itu seolah hal itu tak pernah ada harganya. Sekarang Reza sudah pergi, toh apalagi yang bisa dia lakukan selain meratapi hal yang sudah dia sesalkan.
***
Keesokan harinya, Rahma memberikan surat yang semalam dia bicarakan pada Puri. Dibukanya sepucuk surat dengan perlahan, rasa rintih hati terasa membebani, nafas berat dalam dada. Tak pernah dia rasakan sesuatu yang begitu hebatnya. Mata yang berkaca menghiasi wajah indah Puri. Lalu dibacanya sepucuk surat itu dengan lirih.

Dear Puri
Apa kabar? Rasanya sudah lama aku tak pernah berbincang lagi denganmu, rasa bahagiaku yang hanya bisa tercipta lewat senyum manismu, kini sudah lama tak kulihat tawa dari raut wajahmu yang cerah.
Maafkan aku telah membuatmu malu di depan semua orang, aku memang orang yang paling bodoh mengharapkan apa yang tak mungkin bisa kuharapkan. Semoga kau kelak bertemu dengan orang yang lebih baik daripada aku.
Kini aku harus pergi, meninggalkanmu adalah langkah terberat dalam hidupku, tapi dengan cara inilah aku bisa melupakanmu. Semoga kau baik-baik saja. Aku menyayangimu, dan masih mencintaimu sampai saat ini.

Puriku...