PURIKU
“Pur,
dicariin Reza tuh,” Rahma memberitahu Puri saat mereka bertemu di kelas. “Ada
urusan apalagi coba dia cariin aku terus,” balas puri dengan cueknya. saat dia
lagi santai di bangku tempat dia duduk bersebelahan dengan Rahma. Dan terlihat
Puri selalu menghidar ketika Reza mencari, atau datang padanya.
“kenapa
sih pur kamu selalu menghindar dari Reza, kurang apalagi coba cowok seperti dia
terus kamu hindari” Balas Rahma keheranan.
“Bagaimana
tidak, dia itu mencari cariku seolah mencari barang yang hilang ditelan bumi,
tidak pagi, siang, sore, dia terus terusan cariin aku, aku kan jadi ilfiil sama
dia” balas Puri yang terlihat sebal dengan Reza yang terus mencarinya.
Memang
Reza adalah cowok yang cool, tampan, kaya, bisa dibilang dia adalah anak yang
paling tenar dan diincar oleh banyak cewek, ketenarannya di kampus buat dia
terus di kejar bahkan sampai menarik perhatian kampus sebelah. Namun, hal itu
tidak berpengaruh pada Puri. Menurut Puri ketenaran itu hanyalah hal biasa yang
kurang penting, apalagi tujuannya untuk memikat para wanita agar tertarik
padanya. Yah, itulah Puri yang cuek dengan segala hal. Hampir setiap hari Reza
selalu datang mencari Puri walau hanya untuk mengetahui kabar saja, Rasa
cintanya pada Puri sudah lama ada. Puri bagaikan bunga yang tak pernah mekar.
***
“Hai
pur, kemana aja sih dari tadi aku cariin ga muncul-muncul, aku kangen tau sama
kamu” ucap Reza pada Puri dengan tatapan mata yang tajam dan penuh harapan yang
menandakan bahwa harapan itu selalu ada untuknya agar di suatu saat nanti Puri
bisa terpikat dengannya. Tapi sepertinya Puri berharap sebaliknya. Terlihat
banyak cewek yang naksir sama Reza melihat ke arah Puri seolah mereka tak suka Puri
dekat dengan Reza. Tatapan mereka yang sinis membuat Puri risih dengan semua
hal yang terjadi kali ini.
Reza
adalah cowok yang nyebelin, dia suka banget bikin Puri jengkel karena ulahnya
yang sampai seringnya dia mencari Puri sampai satu kampus dia kelilingi hanya
untuk mencari Puri.
“Apalagi
sih za, aku ga mau kamu nyariin aku terus, aku capek, aku malu kamu sampe
nyariin aku keliling kampus, aku bosen lihat wajah kamu yang slalu nyariin aku
dan itu hal yang gak penting banget buatku, jadi mulai sekarang stop, jangan
cari aku lagi,” jawab Puri ketus.
Rasa
yang kesal dengan kedatangan Reza membuat hari Puri yang santai menjadi gundah
gelisah. Tak ada sedetikpun waktu yang bisa dia luangkan untuk menghirup nafas yang
panjang tanpa ada dirinya. Serasa unek-unek yang dulu dia pendam mulai meluber,
dan mungkin inilah saatnya Reza tahu yang sebenarnya bahwa Puri tak mencintainya.
“kenapa
kamu bilang seperti itu, memangnya aku sebegitu buruknya sampai kamu ga mau aku
deket deket sama kamu, apa kamu najis lihat wajahku. Baiklah kalau itu mau
kamu, aku akan turutin asal itu yang terbaik bagimu” Jawab Reza dengan perasaan
yang kacau, layaknya terbang tanpa sayap, lalu jatuh dalam duri. Serasa semua
yang dia lakukan itu tak berarti baginya. Terlihat Reza melangkah menjauhi puri
dengan tatapan kosong.
Apa aku terlalu berlebihan padanya ya, tapi ya sudahlah
yang penting dia sudah sadar, kalau aku tak mau dikejar lagi olehnya - dalam hati puri berkata.
***
Sepulang
kuliah, Puri dan Rahma terlihat senang karena malam ini mereka ada acara
ngumpul bareng dengan teman-teman semasa SMA, yah, Puri dan Rahma adalah
sahabat dekat, bahkan SMP pun mereka satu sekolah, itulah yang membuat mereka
sangat dekat bagaikan lem dengan kertas, yang selalu menyatu bagaimanapun
keadaan menerpa menimpa mereka, susah senang mereka rasakan bersama-sama.
Dalam
perjalanan keluar kampus, Puri melihat Reza sedang duduk sendirian di Gazebo,
terlihat dia sedang murung.
Tak biasanya dia seperti itu, apa mungkin dia begitu
karena aku yang bicara terlalu kasar padanya,. Semoga dia baik-baik saja. Eh,, Loh,
kok aku malah mikirin dia sih. Lupakan, Lupakan! – Puri berpikir, dia kasihan melihat Reza terlihat murung
dengan apa yang sudah dia lakukan pada Reza.
“Pur,
tadi kamu lihat Reza nggak yang lagi duduk di Gazebo, dia kelihatan murung, kasihan
dia, apa mungkin dia sakit hati karna kamu bicara terlalu kasar padanya”
celetuk Rahma yang saat itu seraya membuyarkan lamunan Puri pada Reza.
Rahma
adalah anak yang care, apalagi diantara mereka tak ada lagi rahasia yang harus
ditutupi. Mereka sudah mengerti satu sama lain, bahkan terkadang, apapun yang
menjadi masalah, mereka harus tau satu sama lain.
“emm,
iya tadi aku juga lihat dia murung duduk sendiri. Apa menurutmu tadi bicaraku
terlalu kasar padanya ya, sampai dia seperti itu?” jawab Puri yang merasa
bersalah.
“sebaiknya
kamu minta maaf sama dia, memang apa yang kita inginkan itu tak seperti yang
diharapkan, mungkin itu yang dia pikirkan.” Rahma membalas tanya dari puri
dengan prihatin.
***
Sudah
satu bulan berlalu, musim UAS tinggal hitungan hari, sejak waktu itu Reza sudah
berubah, dia sudah tak lagi hadir di kehidupan Puri, tawanya pun hilang dalam
kabut, senyap selalu datang bersama keheningan. Tak lagi ada Reza yang suka
mencari Puri. Berita tentang pisahnya Reza dengan Puri pun tersebar seluruh
kampus. Saat itu pula Reza selalu diam meskipun namanya selalu dibicarakan
mahasiswa lain.
Pikiran Puri pada Reza tak pernah henti, dia
hawatir nanti akan terjadi sesuatu, dia ingin memberanikan diri untuk minta
maaf padanya, tapi sepertinya gengsinya lebih besar dari rasa bersalahnya.
Sehingga masalah itu tak kunjung terselesaikan.
Aku kasihan dengannya, bagaimana caranya agar masalah ini
cepat terselesaikan – Pikir Puri yang
tak bisa tenang. Setiap malam dia selalu terpikir oleh bayang-bayang Reza.
Terdengar
Hp berdering, Puri segera mengambil Hp yang ditaruhnya dalam lemari, ternyata
Rahma, Tumben sekali karena Rahma tak pernah menelfon malam-malam.
Rahma
: hai Puri
Puri : hai ma, ada apa tumben banget kamu telfon aku
malam malam begini, pasti ada yang penting ya jawab puri keheranan
Rahma : iya nih, ada yang perlu aku omongin, ini tentang
Reza
Degg,
serasa angin topan menghantamnya saat dia mendengar Rahma katakan nama Reza.
Puri : a..ada apa dengan Reza Ma (jawab Puri dengan
gugup)
Rahma : gini,,
tadi Reza menemuiku setelah selesainya UAS. Dia bilang kalau semester depan dia
sudah tak lagi di kampus kita, dia akan pindah ke luar negeri. Tadi juga dia
titipkan surat untukmu, dan katanya malam ini dia mulai berangkat.
Seketika
Puri langung menutup telefon dari Rahma.
Sereasa
bumi berguncang sangat keras, Puri hanya bisa menangis dalam hati, tak relakan
Reza yang pernah hadir dalam hidupnya menginggalkannya begitu saja. Ternyata
rasa cuek dan tak pernah peduli pada Reza akhirnya menjadi cinta, dia mulai
tersadar, bahwa selama ini dia mencintainya, tapi dia membuang cinta itu seolah
hal itu tak pernah ada harganya. Sekarang Reza sudah pergi, toh apalagi yang
bisa dia lakukan selain meratapi hal yang sudah dia sesalkan.
***
Keesokan
harinya, Rahma memberikan surat yang semalam dia bicarakan pada Puri. Dibukanya
sepucuk surat dengan perlahan, rasa rintih hati terasa membebani, nafas berat
dalam dada. Tak pernah dia rasakan sesuatu yang begitu hebatnya. Mata yang
berkaca menghiasi wajah indah Puri. Lalu dibacanya sepucuk surat itu dengan
lirih.
Dear Puri
Apa kabar? Rasanya sudah lama aku tak pernah berbincang
lagi denganmu, rasa bahagiaku yang hanya bisa tercipta lewat senyum manismu,
kini sudah lama tak kulihat tawa dari raut wajahmu yang cerah.
Maafkan aku telah membuatmu malu di depan semua orang,
aku memang orang yang paling bodoh mengharapkan apa yang tak mungkin bisa
kuharapkan. Semoga kau kelak bertemu dengan orang yang lebih baik daripada aku.
Kini aku harus pergi, meninggalkanmu adalah langkah
terberat dalam hidupku, tapi dengan cara inilah aku bisa melupakanmu. Semoga
kau baik-baik saja. Aku menyayangimu, dan masih mencintaimu sampai saat ini.
Puriku...